Minggu, 22 Agustus 2010

Historia: Ditekan para Diktator

Bukan sekarang saja Catalanisme berkembang pesat. Gerakan kemerdekaan Catalonia sebenarnya sudah dilakukan sejak lama, terutama mulai abad ke-17. Namun, upaya itu selalu membentur kerasnya tembok kekuasaan. Bahkan, tak jarang gerakan itu sengaja dilibas kekuasaan Spanyol.
Upaya pemberontakan terhadap Raja Joan II 1462-1473 adalah contohnya. Tekanan terhadap Catalonia sempat berkurang. Tapi, pada 1714, Catalonia kembali sepenuhnya diatur dan dikuasai Spanyol. Bahkan, tekanan semakin diperketat. Mereka tak boleh berdagang dengan Amerika yang menjadi sumber penghasilan terbesar. Tak hanya itu, berbagai atribut Catalonia, termasuk bahasa dilarang digunakan.
Bersamaan dengan lahirnya FC Barcelona, gerakan Catalanisme seakan mendapat energi untuk membesar. Bahkan, di akhir abad ke-19 itu dinilai sebagai demam terbesar untuk menegakkan negara Catalonia.
Maka, kelahiran Barcelona pada 1899 langsung disambut gembira. Mereka memperlakukan klub ini sebagai simbol perlawanan, sekaligus simbol eksistensi Catalonia. Wajar jika klub ini semakin besar dan merasuk di hati masyarakat, mengalahkan egoisme kelompok dan agama.
Segera setelah itu, Barcelona langsung menjadi alat kampanye Catalanisme. Namun, perubahan politik di Spanyol meretas jalan terjal bagi gerakan Catalanisme. Munculnya Jenderal Primo de Rivera sebagai penguasa Spanyol dari 1923-1930, menjadi mimpi buruk bagi Catalonia.
Sebuah upaya memerdekakan Catalonia lewat gerakan Mancomunidad Catalana langsung diberangus Primo de Rivera. Dia melarang segala sesuatu yang berbentuk Catalonia eksis di Spanyol. Kebudayaan, bahasa, dan berbagai atribut Catalonia dilarang keras.
Pada 24 Juni 1925, Presiden Barcelona waktu itu, Joan Gamper, mengadakan pertandingan persahabatan lawan para pelayar Inggris di Les Corts. Sebanyak 14.000 penonton hadir, hampir semuanya orang Catalonia. Lagu kebangsaan kedua negara diperdengarkan. Saat lagu kebangsaan Spanyol dinyanyikan, penonton menyoraki dan mencacinya. Sebaliknya saat lagu kebangsaan Inggris diperdengarkan, mereka memujinya.
Itu gerakan Catalanisme paling berani di masa kekuasaan Primo de Rivera. Sang penguasa pun marah besar. Kontan, larangan terhadap hal-hal yang berbau Catalonia diperketat. Joan Gamper diusir dari Spanyol. Sedangkan Les Corts tak boleh digunakan selama enam bulan. Otomatis, Barcelona pun kesulitan bermain dan tidak bisa berkembang.

Makin Kecut di Bawah Franco
Saat kekuasaan beralih ke Jenderal Franco pada 1936-1975, keadaan justru semakin buruk. Larangan terhadap semua yang berbau Catalonia makin diperketat. Barcelona yang menjadi simbol pemberontakan warga Catalonia dianggap musuh nomor satu di Spanyol.
Beruntung, El Barca tetap boleh eksis dan bertanding. Tapi, keberadaannya tetap dalam tekanan . Logo klub tak boleh dipakai selama pemerintahan Jenderal Franco.
Duka tak lepas dari klub ini, karena kaitannya dengan Catalanisme. Pada 1938, Jenderal Franco seolah ingin menghapus Barcelona sebagai media ekspresi Catalonia. Dia memerintahkan pasukannya untuk menjatuhkan bom di kompleks olahraga Barcelona. Akibatnya, semua fasilitas hancur lebur. Bahkan Presiden Barcelona waktu itu, Josep Sunyol diculik dan akhirnya dieksekusi.
Duka yang membakar dendam Barcelona, begitu juga warga Catalonia. Namun, tekanan Franco tak pernah reda. Justru, nasib Barcelona semakin kecut.
Sinisme Franco diperlihatkan dengan perbedaan perlakuan terhadap klub sepak bola di Spanyol. Barcelona selalu menjadi klub yang dirugikan. Sebaliknya Real Madrid selalu didukung dan dinomorsatukan.
Maklum, bagi Franco, Real Madrid menjadi simbol Spanyol. Simbol sukses pemerintahannya. Maka, kesuksesan Madrid adalah kesuksesannya, juga negara Spanyol. Sudah menjadi rahasia umum, pengaruh Franco begitu besar terhadap klub ini.
Sebagai contoh saat terjadi perebutan bintang besar asal Argentina, Alfredo di Stefano, antara Barcelona dan Madrid. Di Stefano akhirnya berhasil direkrut Madrid, karena ditengarai ada campur tangan Franco. Padahal, sebelumnya El Barca lebih dahulu mendekati Di Stefano.
Kematian Franco pada 1975 membawa angin segar bagi Barcelona. Klub ini pun akhirnya bergairah untuk memburu berbagai gelar. Apalagi, ketika pemerintah Spanyol memberikan hak otonomi pada 1979. Gairah warga Catalonia semakin membuncah. Bahkan, otonomi Catalonia lebih besar daripada Irlandia Utara atau Skotlandia dari pemerintah Britania Raya.
Maka, Catalanisme pun semakin subur. Bahkan Barcelona kemudian berani memakai logo di dadanya. Ini bentuk dari upaya menegakkan eksistensi Catalonia. Tak hanya itu, lagu kebangsaan Catalonia sering diperdengarkan setiap El Barca bermain.
Mereka juga punya timnas sendiri yang dibentuk sejak 1912. Jika dulu jarang bermain, kini sering turun lapangan di saat rehat kompetisi. Biasanya dalam format persahabatan dengan tim-tim luar negeri.
Catalanisme dan Barcelona memang tak bisa dipisahkan. Keduanya senasib dan sepenanggungan. Jika Catalanisme ditekan, El Barca pun sudah pasti akan kena imbasnya. Meski begitu, posisi tersebut tak pernah berubah. El Barca sendiri bangga menjadi wakil dan simbol Catalonia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar